Papua – Masyarakat dari wilayah adat Meepago dengan tegas mengecam aksi percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap warga Suku Mee dan non-OAP di wilayah tersebut. Aksi brutal itu kembali terjadi pada Jumat, 17 Oktober 2025, dan telah menimbulkan luka mendalam bagi masyarakat setempat.
Pada hari itu, rombongan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nabire, Martinus Makai, bersama sopir Aser Kegou dan staf PU Yance Makai, melakukan perjalanan menuju Topo menggunakan kendaraan roda empat jenis Hilux. Rombongan tersebut tengah melaksanakan tugas dinas resmi untuk mengecek pekerjaan jalan di wilayah SP 4 Topo.
Namun, di tengah perjalanan, kendaraan mereka ditembaki secara membabi buta oleh KKB, hingga ketiganya mengalami luka-luka parah. Serangan ini sontak menggegerkan warga Nabire dan menimbulkan gelombang kecaman keras dari berbagai pihak, terutama masyarakat adat Meepago.
Tokoh-tokoh masyarakat menilai tindakan KKB ini sebagai bentuk kekerasan yang biadab dan tidak memiliki dasar moral maupun budaya.
“KKB ini sudah tidak pandang bulu lagi. Mereka tembak siapa saja — bahkan sesama orang Papua ditembak. Ini bukan perjuangan, ini kejahatan,” ujar Yulianus Pigai, tokoh masyarakat Meepago.
Menurutnya, aksi tersebut mencoreng nilai-nilai luhur orang Mee yang dikenal menjunjung tinggi hidup rukun, hormat terhadap sesama, dan cinta damai.
Sementara itu, sejumlah pemuda Meepago juga menyerukan solidaritas lintas suku dan agama untuk menolak segala bentuk kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh Kelompok KKB.
“Kami tidak mau dibenturkan. Kami satu, baik orang Mee, Moni, Dani, Damal, maupun saudara non-OAP yang hidup bersama kami. Papua harus damai,” tegas perwakilan pemuda setempat.
Lanjutnya, kepada seluruh tokoh Papua untuk segera berdiri dan mengecam tindakan keji KKB ini. Hanya dengan keberanian dan persatuan, perdamaian di Tanah Mee bisa kita pulihkan kembali.(rd)
Tidak ada komentar